Menu

coiga

AYO GABUNG

KARYA ANDA KAMI NANTIKAN

TENIS COI menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini.
Baik itu tulisan maupun foto tentang pemain, klub, pengurus Pengkot/Pengkab, Pengprov dan PP Pelti, turnamen dan kegiatan tenis lainnya. Kirim karya tulis atau karya foto Anda ke e-mail: akumemangcoi@yahoo.com.
Tampilkan postingan dengan label Bintang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bintang. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Juli 2013

Wynne Prakusya: Petenis Indonesia Sekarang Kurang Berambisi

Sumber Asli -- TENIS COI - Mantan petenis nasional, Wynne Prakusya punya pandangan sendiri tentang minimnya prestasi tenis Indonesia saat ini. Menurutnya, para petenis Indonesia tengah mengalami disorientasi prestasi dan kurang berambisi untuk mencapai level yang lebih tinggi.

Senin, 22 April 2013

Yayuk Basuki Caleg No 1 Jawa Tengah

 http://www.indosport.com/sites/default/files/field/convert/1328/landscape/1/image_645x363px.jpg
Sumber Asli -- TENIS COI - Beragam cara dilakukan parpol untuk meraih suara pada Pemilu Legislatif 2014. Selain menonjolkan artis ibu kota, PAN juga menggaet mantan atlet nasional cabang tenis, seperti Yayuk Basuki. Mantan petenis nomor satu Indonesia ini akan bertarung di daerah pemilihan Jawa Tengah I dengan nomor urut 1.

Selasa, 16 November 2010

Yayuk Basuki Hidup dan Mati Buat Indonesia

Sumber Asli -- CINTA TENIS INDONESIA - Siapa yang tak mengenal nama olahragawan satu ini. Ya, nama lengkapnya adalah Sri Rahayu Basuki. Wanita kelahiran Yogyakarta, 30 November 1970 ini merupakan petenis terbaik yang pernah lahir di negeri ini.
- Kepribadiannya yang tampak ganas di lapangan saat 'menghabisi' lawan-lawannya tak ditemukan kala Vibizlife bertatap muka langsung dengan sosok atlet legenda yang kini memutuskan untuk aktif kembali mengayunkan raketnya. Dijumpai di kediaman Ketua Umum PB Pelti, Martina Widjaja di TB Simatupang pada hari Selasa, (09/11) Yayuk demikian panggilan akrabnya sedang melakoni latihan terakhir jelang keberangkatan menuju Asian Games XVI 2010 di Guangzhou, Cina.

Apapun hasilnya nanti tak akan pernah mengurangi rasa kekaguman Indonesia kepada Yayuk yang dengan setia membela merah putih di setiap kejuaraan yang dia lakoni dari satu negara ke negara lainnya.

Melalui dedikasi dan kecintaannya yang mendalam membuat Yayuk seakan gerah menyaksikan pemandangan yang menyedihkan bagaimana dunia tenis Indonesia sepeninggal dirinya belum juga mampu melahirkan bibit potensial yang siap menerima tongkat estafet melanjutkan kejayaan nama besar tenis Indonesia di pentas dunia.

Ibu satu orang ini bak born to earth again setelah tujuh tahun lamanya absen dari hingar bingar dunia tenis. Di usianya yang hampir menyentuh angka 40 ini tak lantas membuatnya kendor untuk terus berkiprah dari satu turnamen ke turnamen lainnya sampai Yayuk dapat benar-benar tak lagi mampu bermain.

Sejak kecil ingin jadi petenis dunia

Yayuk kecil ternyata sudah memendam hasrat yang sangat besar untuk menjadi petenis tingkat dunia. Di usianya yang baru beranjak lima tahun, orangtuanya mulai memperkenalkan tenis kepadanya sekaligus melatihnya.

Yayuk memang terlahir sebagai keluarga pencinta tenis. Ayahnya, Budi Basuki, mantan pemain tenis meja PON, 1954. Bukan hanya tenis meja, tenis lapangan pun dikuasainya selain bulutangkis. Sang ibu juga hobi dengan bulutangkis dan tenis. Saking hobinya berolahraga, sampai-sampai Sutini tidak sadar bahwa ia sedang mengandungi bayinya, Yayuk Basuki. Kakaknya Nani Sudarmi adalah petenis tingkat nasional era 1980-an.

Mulailah di usianya ke-13 tahun, Yayuk, anak bungsu dari lima bersaudara ini masuk dalam sebuah klub tenis di Ragunan, Jakarta untuk semakin mengasah talentanya dalam bermain tenis hingga tahun 1989.

Dari satu pelatih ke tangan pelatih lainnya, Yayuk tumbuh sebagai remaja potensial yang mulai memperlihatkan kepada publik bahwa kelak dirinya memang akan menjadi petenis kenamaan di bumi pertiwi ini.

Di antara sekian pelatih yang pernah menangai Yayuk maka nama Mien Gondowidjojo yang sangat berkesan baginya. Mien bukan hanya sebagai pelatih biasa di mata Yayuk tetapi sudah dianggap pula sebagai orangtuanya sendiri karena kedekatannya luar dalam dan di tahun selanjutnya barulah Yayuk pindah ke klub Pelita.

Bagi remaja seumurannya mungkin bermain dan jalan-jalan adalah pilihan terbaik. Namun, Yayuk memutuskan lain sebab pilihannya untuk berlatih dan bertanding terus menerus dengan tak kenal lelah telah membentuk dirinya menjadi seorang yang kuat dan bermental juara.

Beranjak dari kecil hingga ke remaja Yayuk Basuki menekuni dunia tenis dengan terus fokus dan penuh kedisiplinan. Hal inilah yang mendorongnya sangat kuat bahwa untuk menjadi petenis dunia harus melalui sebuah proses yang berkesinambungan dan itulah yang dijalani Yayuk dengan tekun.

Terjun ke dunia tenis profesional

Menyaksikan kebintangan seorang Yayuk semakin bersinar terang ditambah usianya yang memang semakin dewasa maka Yayuk Basuki pun mulai menekuni tenis profesional sejak kembali dari Beijing pada bulan Oktober 1990 dan dilatih oleh George Jiri Waters.

Pada turnamen Challenge II di Jakarta pada Februari 1991, Yayuk dengan peringkat 259 WTA menjadi juara. Pada awal April 1991, saat menjuarai turnamen Pattaya di Thailand, peringkatnya naik ke posisi 86 WTA. Pers dan penonton di luar negeri kemudian menjuluki Yayuk sebagai Jaguar of Asia setelah ia memenangkan turnamen tenis di Pattaya ini.

Dan masih di tahun yang sama dengan gelarnya di Pataya tersebut, WTA langsung memberikan penganugerahan kepada Yayuk sebagai Most Impressive Newcomer di tahun 1991.

Para petenis dunia lainnya yang menjadi korban kehebatan sabetan raket Yayuk pun semakin bertambah saja. Sepanjang karirnya Yayuk tercatat pernah menumbangkan lawan-lawannya yang notabene adalah para petenis top dunia.

Tak kurang nama-nama para petenis tersebut antara lain, Martina Hingis, Amelie Mouresmo, Lindsay Davenport, Gabriela Sabatini, Anke Huber, Iva Majoli, Anna Kournikova, dan Mary Pierce. Kemenangan terbaiknya adalah pada saat Yayuk yang tak diunggulkan sama sekali sukses menundukkan unggulan ketiga di turnamen Kanada Open 1996, Iva Majoli dengan dua set langsung sebelum langkah Yayuk terhenti di semifinal di tangan petenis puteri nomor satu dunia saat itu, Monica Seles.

Penghargan dan gelar yang direngkuh

Membanggakan rasanya Indonesia memiliki seorang Yayuk Basuki yang tak pernah berhenti menorehkan tinta emasnya dan menajamkan kukunya di panggung tenis internasional. Sensasi yang dibuat oleh salah satu petenis dengan rekor servis tercepat di dunia ini dengan 176 km/jam benar-benar murni sebuah sensasi yang lahir dari prestasi di lapangan dan bukan pemberitaan miring di luar lapangan.

Lihat saja bagaimana perjalanan Yayuk di ajang sekaliber Olimpiade. Yayuk mewakili Indonesia pada Olimpiade 1988, 1992, 1996, dan 2000. Dengan prestasinya yang tertinggi adalah di Olimpiade Barcelona 1992 saat dirinya berhasil menapak jauh hingga babak ketiga dengan di dua babak sebelumnya mampu mempecundangi pemain yang di atas kertas jauh lebih diunggulkan yaitu Mercedes Paz dan Mary Pierce.

Bukan itu saja selama karir profesionalnya Yayuk menggondol enam buah gelar WTA dari nomor tunggal dan 9 gelar WTA dari nomor ganda puteri.

Berkat kapasitasnya sebagai petenis yang ramah dan berjiwa sportif di setiap turnamen yang dia ikuti maka badan tertinggi dalam tenis dunia wanita, WTA tak sungkan memberikan kepadanya sebuah penghargaan yang sangat prestisius.

WTA menganugerahkan kepada Yayuk yaitu Karen Krantzcke Sportsmanships Award. Sebanyak dua kali Yayuk menerima penghargaan ini di tahun 1996 dan 1998 sebagai bentuk apresiasi tinggi dan terhormat dari WTA kepada petenis yang berjiwa sportif di luar dan dalam lapangan tenis.

Cinta dan komitmen mampu menaklukan badai hidup

Dengan begitu banyaknya prestasi yang sudah dicetak oleh seorang Yayuk bagi Indonesia dengan wara-wiri di pentas internasional tak lantas dirinya tak pernah menemukan yang namanya masalah.

Peristiwa pahit dan jalan berliku tajam pernah dilalui dalam perjalanan sukses mega bintang Olahraga Indonesia ini. Tak ada satu pun orang yang menyangka kalau Yayuk pun pernah merasakan dicoret dari tim Fed Cup Indonesia karena bersama dengan suami sekaligus pelatihnya saat itu, Suharyadi, pasangan ini dianggap lancang menulis surat ke badan dunia tenis wanita agar memilih lapangan tempat tim Indonesia bertanding.

Dianggap bak dilecehkan, Yayuk beserta Suharyadi akhirnya memutuskan 'keluar' dari tim tenis Indonesia setelah mundurnya Ketua Badan Tim Nasional kala itu, Wimar Witoelar yang memang dikenal sangat dekat dengan dua sejoli ini.

Di tengah polemik di tanah air tak membuat Yayuk jadi goyang dan rubuh. Yayuk memutuskan dengan tegas untuk mencurahkan semua perhatiannya demi mengejar target menembus peringkat 20 besar dunia.

Yayuk Basuki melewatkan jadwal Sea Games dan PON yang memang bersinggungan dengan padatnya jadwal turnamen tenis profesionalnya. Langkahnya memang tidak main-main dan Yayuk sungguh-sungguh fokus menatap ke depan meski ditengarai sedang dalam masalah dengan induk organisasi tenis di tanah air ini.

Bukti dari kesungguhan tekad yang lahir dari cinta dan buah komitmen membuat Yayuk pada akhirnya meraih sukses luarbiasa. Tahun 1997 dalam turnamen berkelas Grand Slam Wimbledon, Yayuk mampu melangkah hingga ke babak perempatfinal.

Prestasi yang belum pernah diukir oleh petenis Indonesia manapun ini telah mencatatkan dirinya sebagai wanita Indonesia pertama yang berhak masuk "Eight Club", lembaga yang menampung para alumni delapan besar turnamen akbar tersebut. Dengan menjadi anggota "Klub Delapan" ini, Yayuk bisa menikmati fasilitas VIP, termasuk hotel kelas satu dimana saja.

Melalui rangkaian prestasi mencengangkan itu, Yayuk lagi-lagi menunjukkan kepada dunia dan Indonesia khususnya bahwa dirinya bukanlah pribadi yang bisa dikalahkan oleh masalah tetapi justru dirinyalah yang mampu mengalahkan masalah itu sendiri.

Detik-detik jelang pensiun dan keputusan comeback

Usai menggondol medali emas di Asian Games, Bangkok, 1998 setelah di partai final mempecundangi pemain pujaan tuan rumah, Tamarine Tanasugarn makin jelas tersiar kabar akan mundurnya Yayuk dari dunia tenis yang telah membesarkan namanya dan juga nama Indonesia di blantika tenis dunia.

Hal ini semakin diperkuat mana kala Yayuk, yang dinikahi oleh Suharyadi pada tahun 1994 dikaruniai momongan seorang putera yang bernama Yarynara di tahun 1999.

Kenangan terakhir Yayuk dalam meraih peringkat tertingginya yaitu saat mengikuti Turnamen Birmingham, Juni 1997. Di turnamen ini Yayuk berhasil menembus babak final, meski gagal meraih juara lantaran terjegal Nathalie Tauziat dari Perancis. Terakhir, Yayuk sempat masuk perempat final dalam pentas Wimbledon sebelum kalah dari Jana Navotna yang keluar sebagai juara, prestasi ini membuatnya mencapai peringkat ke- 19 dunia.

Dan pada tahun 2001 akhirnya Yayuk pun meninggalkan tenis dan beralih profesi sebagai pengusaha dari perusahaannya sendiri yang dinamakan PT Yarynara 19 yang diambil dari nama anaknya sendiri dan angka 19 merupakan peringkat dunia tertinggi yang pernah dicapai Yayuk Basuki.

Akan tetapi Yayuk ternyata tak sepenuhnya meninggalkan dunia tenis. Hal ini dikarenakan dirinya pun masih tetap terlibat aktif seputar tenis dengan menjadi pelatih tenis, komentator tenis di televisi dan media cetak, serta konsultan menteri pemuda dan olahraga.

Melihat gelagat dunia tenis di Indonesia semakin menurun tajam memaksa dirinya tak bisa berdiam diri saja tanpa melakukan sesuatu hal. Dengan darah atlet sejati yang mengalir di dalam dirinya serta rasa cinta yang berakar kuat pada tenis membuat Yayuk Basuki tak kuasa untuk akhirnya memutuskan kembali mengayunkan raket.

Pada tahun 2008 adalah titik balik comebacknya nama Yayuk Basuki ke panggung tenis Indonesia dan dunia pada umumnya. Tanpa bermodalkan peringkat dunia sama sekali Yayuk memutuskan hanya turun di nomor ganda puteri saja.

Demi mengembalikan pamor dan kejayaan tenis Indonesia, Yayuk rela bertanding mulai dari turnamen yang paling rendah alias memulainya kembali dari nol. Dari beberapa kali kesempatan akhirnya berpasangan dengan petenis Australia, Tiffany Welford berhasil menjuarai turnamen satelit internasional kelas US$10,000.

Hingga sekarang Yayuk yang semakin serius di nomor ganda puteri telah mampu memenangkan enam gelar ITF. Hebatnya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun saja Yayuk sukses menajamkan peringkat dunianya di ganda dengan berada di peringkat 100-an dunia.

Tahun 2010, Yayuk Basuki pun kembali ke arena grand slam tepatnya di turnamen Grand Slam Australia Terbuka berpasangan dengan legenda tenis Asia lainnya, Kimiko Date.

Banyak sudah harga yang harus dibayar oleh Yayuk Basuki demi sang merah putih. Yayuk adalah sedikit dari begitu banyaknya atlet di Indonesia bahkan mungkin di dunia yang jauh lebih mementingkan nama Indonesia berkibar kembali di pentas internasional di atas nama uang.

"Sejujurnya saya harus menjual tiga buah mobil saya hanya untuk membiayai semua kebutuhan saya untuk bertanding di setiap turnamen dan demi comebacknya saya ke dunia tenis. Oleh karena cinta dan nasionalisme serta komitmen saya yang kuat dan tak bisa dibeli dengan apapun juga yang akhirnya membuat saya harus bermain lagi. Semua ini saya lakukan hanya untuk merah putih dan saya berharap apa yang saya lakukan dapat diikuti oleh semua atlet muda di negeri ini bahwa uang bukanlah segalanya tetapi bagaimana terlebih dahulu mencetak prestasi membanggakan buat bangsa Indonesia." ujar Yayuk Basuki kepada vibizlife.

Dan bentuk pengabdian Yayuk memang tidak setengah-setengah. Bukti paling nyata adalah manakala Yayuk rela untuk menemani para petenis juniornya untuk berlaga di Asian Games Guangzhou 2010. Yayuk yang akan berpasangan dengan Jessy Rompies di nomor ganda puteri perseorangan Asian Games XVI ini memang tak mau bicara target yang muluk-muluk.


Foto : Vibizlife / Dato


"Kalau saya masih main di Asian Games ini merupakan opsi terakhir dari saya secara pribadi. Selama saya masih dibutuhkan oleh Indonesia dan selama saya masih mampu maka saya akan terus membela negeri ini melalui tenis. Bicara target pastilah berat tetapi saya akan mengajak adik-adik saya untuk bermain habis-habisan dan terpenting mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya dulu. Kalah atau menang itu urusan belakangan yang jelas give the best dululah buat Indonesia." jelas Yayuk menutup pembicaraan super seru pada hari itu.

Biodata

Nama : Sri Rahayu Basuki Suharyadi (Yayuk Basuki)

Lahir : Yogyakarta, 30 November 1970

Tinggi : 164 cm

Berat : 56 kg

Menikah : 31 Januari 1994

Suami : Suharyadi

Karir : 1990 – sekarang

Servis : Tangan Kanan

Pencapaian :

* Perolehan hadiah sepanjang karir = US $ 1.645.049

* Rekor Karier Tunggal
Menang-kalah: 238-171
Peringkat tertinggi 19 (6 Oktober 1997)

* Rekor Karier Ganda
Menang-kalah 308-165
Peringkat tertinggi 9 (6 Juli 1998)

(Data per 26 Januari 2007)

Prestasi :

Tunggal Putri

* Medali emas Asian Games Bangkok, 1998

* Medali perunggu Asian Games Hiroshima, 1994

* Total gelar tunggal: 11 gelar (6 Corel WTA Tour, 5 ITF Women’s Circuit)

* 1994 - Beijing, Jakarta (WTA Tour)

* 1993 - Pattaya City, Jakarta (WTA Tour)

* 1992 - Kuala Lumpur (WTA Tour)

* 1991 - Pattaya City (WTA Tour), Futures/Jakarta

* 1990 – Futures/Jakarta (Januari), Futures/Jakarta (Agustus)

* 1989 – Futures/Bangkok, Futures/Jakarta

* 1987 – finalis Birmingham

* 1986 – finalis Jakarta

Ganda Putri

* Medali emas Asian Games Seoul, 1986

* Medali emas Asian Games Beijing, 1990

* Total gelar ganda: 9 gelar (9 Corel WTA Tour)

* Babak semifinal US Open 1993

* Babak perempat final Australia Open, French Open, Wimbledon Open

* 2001 – Dubai (berpasangan dengan Caroline Vis);

* 2000 – Pattaya City (berpasangan dengan Caroline Vis);

* 1997 – Los Angeles (berpasangan dengan Caroline Vis);

* 1997 – Canadian Open (berpasangan dengan Caroline Vis);

* 1996 – Hobart (berpasangan dengan Nagatsuka), Strasbourg (berpasangan dengan Bradtke);

* 1994 – Surabaya (berpasangan dengan Tedjakusuma);

* 1993 – Sapporo (berpasangan dengan Miyagi), Taipei (berpasangan dengan Miyagi).

* Finalis (8):
1998 – Strasbourg (berpasangan dengan Caroline Vis), 1998 – Canadian Open (berpasangan dengan Caroline Vis), 1997 – Leipzig (berpasangan dengan Sukova), Moscow (berpasangan dengan Caroline Vis), 1994 – Japan Open (berpasangan dengan Miyagi), Pattaya City (berpasangan dengan Miyagi), 1992 – Tokyo [Nichirei] (berpasangan dengan Miyagi), 1991 – Nashville (berpasangan dengan Caroline Vis).

Ganda Campuran

* Medali emas Asian Games Beijing, 1990

* 1997 – perempat final Wimbledon (/Nijssen)

* 1995 – perempat final Roland Garros (/Thorne)

Penghargaan :

* WTA Sportsmanship Award, 1996 and 1998

* TENNIS Magazine/Rolex Female Rookie of the Year, 1991

* Indonesian Athlete of the Year (voted on by media and public), 1991

* Atlet terbaik versi SIWO PWI Jaya, 1995

* 1991 WTA Tour Most Impressive Newcomer Award

* Special award from President Soeharto of Indonesia in 1991 for outstanding contribution to sports.

Sukses terus Yayuk Basuki !. Indonesia sangat bangga memiliki atlet sepertimu.
(CTI-1) ***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***

Minggu, 07 November 2010

Angie Menikah 27 November 2010

Sumber Asli -- CINTA TENIS INDONESIA - Mantan petenis Indonesia Angelique Widjaja akan segera melepas lajangnya. Dia akan menikah pada 27 November 2010 mendatang di Hotel Kempinski, Jakarta.
- Pesta yang dianggap sederhana oleh Angie -sapaannya- ini akan menggunakan tema American Wedding.

"Dari dulu mimpi saya menikah pakai ball gown (gaun pengantin)," kata Angie pada VIVAnews di acara Farewell Party Commonwealth Bank Tournament of Championship di Ballroom Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Sabtu 6 November 2010

Angie yang lahir dan besar di Bandung juga tidak akan menggunakan baju khas dari Jawa Barat. Selepas pemberkatan di Hotel Kempinski maka langsung dilanjutkan dengan pesta pernikahannya.

"Memang temanya internasional, jadi bajunya juga seperti itu," ujar Angie.

Namun siapa nama calon pendampingnya masih belum mau dikatakan Angie. Hanya saja calon suami perempuan berusia 25 tahun ini terlihat setia menemaninya selama berada di Bali. Sehari sebelumnya pasangan ini sudah nampak membagikan undangan pada rekan dan sahabat sebelum pertandingan turnamen dimulai.

Angie pernah mengharumkan nama Indonesia ketika menembus peringkat 55 dunia di tahun 2003. Bahkan di turnamen Junior Championships Wimbledon di tahun 2001, wanita berusia 25 tahun ini mampu mengalahkan Dinara Safina. Petenis yang terakhir disebut sempat menjadi ratu tenis sejagad di April 2009.

Sayangnya di usia yang relatif muda, Angie memutuskan untuk pensiun di tahun 2008. Cedera kambuhan menjadi salah satu alasan mengapa Mojang Bandung ini akhirnya gantung raket. (CTI-1) ***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***

Minggu, 17 Oktober 2010

Sandy Gumulya , Berburu Gelar Sarjana

Pendidikan Tetap Menjadi Hal Terpenting.

Sumber Asli -- CINTA TENIS INDONESIA - Lama tidak terdengar, nama petenis Sandy Gumulya kembali mencuat di dua pekan terakhir. Kemenangan secara beruntun pada dua gelaran turnamen tenis berlabel ITF Women Circuit membuat petenis kebanggan Indonesia itu kembali melambung. Petenis harapan Indonesia yang mundur dari Pelatnas karena cedera lutut itu menjadi jawara di Sportama ITF Women’s Circuit dan Alfamart International ITF Women’s Circuit 2010.
- Setelah keluar dari Pelatnas, Sandy tetap aktif latihan tenis dengan porsi yang lebih ringan dari sebelumnya agar cederanya tidak kambuh lagi. Kembali berlatih di bawah arahan Suzanna Anggarkusuma, yang mengetahui kondisinya di dalam dan luar lapangan, membuat kepercayaan diri fans Steffi Graf itu kembali pulih. Metode latihan yang berbeda diterapkan oleh Suzanna.

“Latihan masih setiap hari, tapi kalau sakit tidak dipaksakan. Tante Ana (Suzanna) menekankan yang penting kondisi fit 100 persen dan konsentrasi tinggi, maka hasilnya lebih baik daripada dipaksakan main saat sakit,” urainya. Strategi tersebut terbukti ampuh untuk mengembalikan petenis yang akan tampil pada turnamen Satellite 10 ribu, Kuching, Malaysia itu ke jajaran petenis papan atas.

Sandy pun kembali dipanggil untuk masuk ke Pelatnas untuk memperkuat tim Indonesia. Sandy menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan beberapa syarat, karena kondisinya terutama fi sik sudah tidak sama lagi. Keputusan mundur yang diambil Sandy awal tahun ini terjadi setelah merasa performanya tidak bisa maksimal pasca cedera lutut yang menimpa untuk kedua kalinya.

Hengkangnya Suzanna dari jajaran pelatih semakin membuatnya terpuruk. “Ketika Suzanna keluar September tahun lalu, saya langsung down karena orang yang biasa memberi support. Saya semakin tenggelam dalam kekurangan yang tercipta karena cedera,” tutur Sandy saat ditemui Koran Jakarta di rumahnya di kawasan Kedoya, Jakarta Barat.

“ Latihan untuk saya yang sudah cedera lutut dua kali sama dengan pemain lain. Daripada buang waktu, sedangkan permainan saya tidak berkembang akhirnya saya putuskan mundur,” terang Sandy. Lahir dari pasangan atlet memengaruhi minat Sandy untuk menggeluti olah raga.

Ayahnya Rudy Gumulya adalah mantan atlet balap sepeda, sedangkan ibunya Siantiningsih Susanto merupakan peloncat indah. Kendati demikian pasangan tersebut tidak mengijinkan putra-putrinya menekuni balap sepeda maupun loncat indah.

“Karena perempuan dilarang jadi pebalap sepeda, kalau jatuh bisa lecet. Loncat indah tidak boleh juga bisa cedera kalau kena papan,” ujarnya. Sandy kecil pun dimasukkan ke sekolah tenis di kompleks rumahnya. Berbagai turnamen di kelas kelompok umur dijajalnya.

Petenis kelahiran 2 April 1986 itu selalu menemui kegagalan di turnamen awal. Hal itu memberi banyak pelajaran berharga untuk meningkatkan permainan sehingga menyabet berbagai penghargaan dan membawanya melanglang buana ke berbagai belahan dunia.

Kembali Normal

Setelah tinggal terpisah dengan keluarga sekitar 6 tahun karena harus bergabung dengan sesama petenis Pelatnas di kawasan Ragunan, akhirnya Sandy pun kembali ke pelukan keluarga. Hal itu membuatnya kembali merasa menjadi orang normal. “Senang bisa kumpul lagi dengan keluarga yang sangat mendukung. Saya mendapatkan kembali kehidupan yang normal,” tandasnya.

Sandy pun kini fokus menyiapkan masa depannya. Saat ini petenis tersebut terdaftar sebagai mahasiswa semester II Ekonomi Manajemen Universitas Tarumanegara.

“Pendidikan buat saya penting. Menurut pengalaman saya, kalau pendidikan paspasan, sepertinya kurang bisa nyambung kalau diajak bicara orang,” ceplos petenis yang menyelesaikan SMU melalui program Paket C tersebut. Kuliah reguler menjadi pilihannya karena bisa berinteraksi dengan dosen dan teman-teman, sehingga memudahkannya belajar.

Sebenarnya Sandy pernah mencoba kuliah di Universitas Terbuka, tetapi belajar melalui modul tanpa tatap muka dirasa lebih sulit. Kini peraih medali emas SEA Games 2007 itu berupaya mengejar ketertinggalannya, karena jatah kuliahnya tinggal 9 semester lagi. Sandy dituntut cerdik membagi waktu antara belajar, bekerja dan latihan tenis.

“Saya sebenarnya terdaftar di sana sejak 2006, tapi karena sibuk tenis jadi cuti. Baru aktif semester lalu, jadi jatah saya tinggal 9 semester lagi,” kata penyuka Matematika itu. “Kalau ada jadwal latihan sore, maka saya kuliah pagi. Begitu juga sebaliknya.

Untuk pekerjaan, kantor saya memberikan dispensasi. Jadi saya datang ke kantor kalau ada waktu,” terang Sandy. Dengan kecerdasannya, Sandy dengan mudah menyerap pelajaran.

Demi menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, karyawati Bank Sumsel Babel tersebut rela begadang sampai pagi. Menjelang masa ujian, gadis yang hobi menonton TV dan shopping itu sudah siap sepekan sebelumnya.

Kombinasi antara ketekunan, disiplin dan kecerdasan berbuah Indeks Prestasi mengagumkan, yakni 3,88 pada semester I lalu. (CTI-1) ***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***