Menu

coiga

AYO GABUNG

KARYA ANDA KAMI NANTIKAN

TENIS COI menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini.
Baik itu tulisan maupun foto tentang pemain, klub, pengurus Pengkot/Pengkab, Pengprov dan PP Pelti, turnamen dan kegiatan tenis lainnya. Kirim karya tulis atau karya foto Anda ke e-mail: akumemangcoi@yahoo.com.

Jumat, 31 Oktober 2008

BIJC 2008: Yang Serius dan Yang Asal-asalan

BALIKPAPAN - Perhelatan Balikpapan International Junior Championships di Balikpapan Tennis Stadium, 25 Oktober – 02 Nopember menjadi saksi siapa professional dan siapa asal-asalan. “Dari sini terlihat jelas, siapa yang memang menjadikan tennis sebagai profesi dan yang asal-asalan. Yang professional mampu mengimbangi, bahkan mengalahkan lawan-lawannya dari berbagai Negara,” ujar pengamat tennis Kaltim, Gunawan Sasho dan Margiyanto.

Apa yang diungkapkan dua pelaku aktif pertenisan Kaltim ini benar adanya. Dari 17 kontestan Indonesia di putri, dan 14 putra, nyatanya hanya tiga nama saja yang bisa bertahan hingga babak kuarterfinal. Ketiga petenis tersebut, memang benar-benar menjadikan tennis sebagai profesi dan prestasi. Ketiga petenis itu adalah; David Agung Susanto (Semarang), Jessy Rompies dan Beatrice Gumulya (Kaltim).
Selain professional dalam latihan (program), juga tour ketiga petenis ini memang mampu menunjukkan ‘kelasnya’. Mereka, sejajar dengan petenis Negara manca lainnya. “Harus. Kalau memang ingin main tennis ya harus professional,” ujar pelatih Jessy Rompies dan Beatrice Gumulya, Tintus Ariyanto Wibowo.
Tenis, tidak bisa dilakukan hanya dengan asal-asalan dan tanpa totalitas. “Hidup itu tak ada yang setengah-setengah, harus total. Begitu juga di tennis. Tidak bisa sambilan, harus focus dan professional. Kalau mau maju dan jadi petenis dunia, ya harus total, professional,” imbuh Tintus, jagoan Asia di era ’80-an ini.
Sebenarnya, Indonesia memiliki bibit-bibit petenis berkualitas tinggi, tak kalah dengan Negara lain seperti, China, Taipei, Thailand, Korea Selatan dan Jepang. “Namun, latihan mereka lain. Kalau petenis-petenis yang datang dari India, China, Taiwan, Thailand dan Australia ini mereka memang menjadikan tennis sebagai masa depan mereka. Saat masih muda, mereka invest, setelah senior baru memetik hasilnya. Termasuk dalam berlatih. Lihat saja Noppawan Lertcheewakarn dari Thailand. Pagi latihan. Siang main, sore latihan lagi. Makanya dia kini masuk jajaran elite ITF,” sahut Ketua Pengkot PELTI Balikpapan, Susan Soebakti, SH, MM yang menginginkan Jessy, Bea dan David bisa jadi petenis dunia.
Menurut Susan, petenis-petenis INA seperti, Angelika-Angelina Djogasurya, Cintya Mellita (Jateng), Gracesari Yshidora Tobing (Sumut), Laily Rahmawati (DKI), Bella Destriyana, Aldila Sutjiadi (DKI), Ega Uneputy, Michael Christian, Gusti Jayakesuma (Kaltim), Indra Wijaya (DKI), Louis Theodore adalah petenis-petenis junior yang memiliki talenta tinggi.
“Tapi, untuk bisa jadi petenis top harus berangkat dari dalam diri masing-masing. Bakat saja tak cukup. Kerja keras, kemauan tinggi dan professional dalam segala hal adalah kunci untuk menuju sukes itu,” imbuh Tintus Arianto Wibowo.
Hal ini diperkuat oleh pendapat mantan pelatih Angelique “Angie” Widjaja, Deddy Tedjamukti. “Dulu, petenis-petenis sekelas Angie itu banyak. Tapi kenapa hanya dia yang jadi? Tak gampang memang bisa seperti Yayuk Basuki, Angie dan Wynne. Perlu perjuangan yang professional dan total,” lanjut Deddy yang kini menangani David Agung Susanto dan Gracesari Yshidora Tobing. Jadi?...Ayo professional…! ***

Tidak ada komentar: