- Untuk beberapa saat, duel antara Lisicki dan Aravane Rezai itu terasa berjalan lebih lambat. Semua perhatian tertuju pada bola kuning yang melintas kira-kira 10 meter di atas lapangan. Rezai pun menunggu jatuhnya bola sambil bersiap melancarkan smes. Benar juga, petenis Perancis itu akhirnya memukul bola keras-keras ke arah lawan.
Seperti itulah suasana pertandingan di ballroom Bali International Convention Center (BICC), The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Rabu (4/11). Ruangan berbentuk segi delapan itu disulap menjadi sebuah arena tenis untuk turnamen bertaraf internasional, Commonwealth Bank Tournament of Champions.
Berbeda dari turnamen serupa pada tahun sebelumnya, ajang ini tidak dilangsungkan di tempat terbuka dan panas. Kali ini, sebanyak 15 pertandingan, sejak penyisihan grup hingga partai final, digelar di lapangan indoor BICC.
Arena pertandingan ini dibuat spesial. Karena keterbatasan luas ruangan, garis permainan ganda (double line) dihilangkan. Lapangan pun terlihat lebih sempit, tapi lebih praktis karena pertandingan tunggal tidak memerlukan garis terluar itu. Total ukurannya menjadi 38,7 x 17,8 meter, sementara tinggi plafon minimal 10 meter.
"Rasanya agak aneh jika tidak ada double line karena lapangannya lebih kecil," kata unggulan kedua asal Australia, Samantha Stosur.
Petenis Perancis Aravane Rezai pun merasakan hal serupa. Ketika membuka penyisihan Grup D melawan unggulan keempat Sabine Lisicki, petenis ranking 44 WTA itu sempat kalah telak di set pertama. Rezai akhirnya menang rubber-set 1-6, 6-3, 6-4. "Seperti ada yang hilang," kata Rezai ketika ditanya soal kondisi lapangan.
Selain ukuran, permukaan lapangan pun berbeda dari sebelumnya. Panitia menggunakan tumpukan kayu multipleks dan particle board sebagai dasar lapangan. Tumpukan setebal 4 cm itu kemudian diguyur dengan cairan plexipave setebal 1-2 mm agar sifat permukaannya menyerupai lapangan keras.
Alas kayu itu ternyata tak memperlambat pantulan bola. Para petenis justru merasa bola bergerak cukup cepat. Lagi-lagi, mereka belum terbiasa dengan karakter lapangan seperti ini.
"Lapangan ini sangat cepat. Ini tidak biasa, sama sekali berbeda. Saya tidak ada komplain soal kondisi lapangan. Saya rasa setiap petenis ingin mencoba kondisi baru. Itu membantu servis saya dan saya memang terbiasa bermain di lapangan cepat," ungkap Stosur, yang pada hari pertama mencatat servis tercepat 203 km/jam.
Seperti Rezai, Stosur pun akhirnya menang pada partai pertama penyisihan grup. Hal sebaliknya terjadi pada petenis senior Kimiko Date-Krumm. Petenis Jepang itu menyerah dua set langsung 7-6(5), 6-3, dari unggulan ketiga, Yanina Wickmayer. Seusai pertandingan Rabu kemarin, Kimiko mengakui bahwa Wickmayer bermain dengan kecepatan luar biasa.
"Di sini, kecepatan dan kekuatan sangat berpengaruh. Banyak yang bilang saya lebih suka lapangan keras dan cepat, jadi besok (lawan Anabel Medina Garrigues) saya harap bisa lebih baik," kata petenis yang pernah mengalahkan Garrigues di Korea Selatan tersebut.
Semua petenis akan merampungkan penyisihan grup pada Jumat (6/11). Setiap pemain harus bermain dua kali untuk menentukan siapa yang menjadi juara grup dan berhak menuju semifinal. (sihc/skoc)
***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***