Ketua Umum Pengprov Pelti Jatim, Dwi Sutjipto kepada wartawan di Surabaya, Senin, memastikan atlet-atlet senior seperti Bonit Wiryawan dan Romana Tedjakusuma tidak dipakai lagi dan akan mencari petenis muda potensial untuk dibina secara berkelanjutan.
"Kami sudah evaluasi dan ternyata ada sejumlah faktor yang menyebabkan Jatim gagal merebut medali emas di PON lalu," katanya usai membuka kejuaraan tenis junior ITF Widjojo Soejono Semen Gresik XVII di Lapangan Tenis Kodam V Brawijaya Surabaya.
Pada PON Kaltim, para petenis Jatim yang diperkuat antara lain Bonit Wiryawan dan Romana Tedjakusuma hanya mampu merebut medali perunggu dan kalah bersaing dengan petenis DKI Jakarta, Jabar, Jateng, dan tuan rumah Kaltim.
Kabarnya, terjadi perpecahan di internal anggota tim tenis Jatim saat PON lalu, sehingga mengakibatkan target merebut satu medali emas yang ditetapkan KONI Jatim gagal terpenuhi.
Dwi Sutjipto mengungkapkan, kurang solidnya hubungan diantara anggota tim tenis Jatim dan tidak terintegrasinya program yang dijalankan Pelti dengan KONI Jatim, menjadi beberapa penyebab kegagalan petenis Jatim meraih prestasi di ajang multievent nasional empat tahunan tersebut.
"Kedepan, itu tidak boleh terjadi lagi. Antara Pelti dan KONI Jatim harus saling terintegrasi, terutama menyangkut program pembinaan. Jatim memiliki banyak petenis-petenis potensial dan saya optimistis mereka bisa berbicara banyak di PON mendatang," katanya.
Direktur Utama PT Semen Gresik, Tbk ini menambahkan bahwa seluruh atlet potensial Jatim akan diikutkan dalam berbagai kejuaraan level nasional maupun internasional untuk meningkatkan kemampuan.
"Yang terpenting lagi, Pelti Jatim sedang berusaha memperbanyak sekolah tenis di berbagai daerah untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial," katanya menambahkan.
Sementara itu, kejuaraan tenis junior ITF Widjojo Soejono masih memasuki babak kualifikasi untuk menentukan delapan petenis putra dan empat petenis putri yang akan masuk babak utama pada Selasa (11/11).
Kejuaraan tenis internasional tahunan ini diikuti sekitar 178 atlet dari 22 negara, antara lain Krosia, Belanda, Uzbekistan, Swiss, Thailand, Malaysia, Jepang, Cina, Meksiko, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan tuan rumah Indonesia.
"Kami cukup `surprise`, karena petenis mancanegara yang ambil bagian, jumlahnya makin meningkat. Ini pertanda kalau kejuaraan junior ITF ini mulai diperhitungkan," kata Dwi Sutjipto. (saci)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar