Keluar sebagai pemenang tunggal putra usia 10 tahun adalah juaraSudarmanto (Bangli), runer up Komang Calvin Krisna dari Singaraja, semifinalis adalah IB Ngurah Rai (Karang Asem) dan Urda dari Singaraja putra dari salah satu anggota Pengurus Pelti Buleleng, Komang Artana.
Penyerahan hadiah dilangsungkan dilapangan dan diberikan oleh Chandra Widhiarta yang juga anggota Pelti Buleleng dan petenis PON Bali yang minggu lalu masuk final TDP Nusa Dua Bali dikalahkan oleh Elbert Sie.
Pemenang 10 tahun putri adalah Kadek Ayu Sri Yuliadanawati dari Gianyar, Runner up Kadek Ayu Putri Wiryanti dari Gianyar, semifinalis Gita Wulan dari Jembrana dan Wulan dari Bangli.
Pemenang diberikan piala oleh Komang Artana.
Pemenang kelompok umur 12 tahun putra, juara Ganang Rahmat Trisnawan dari Nganjuk, runner up Gde Falliyawan dari Singaraja, semifinalis Putu Adi Kurniawan dri Karang Asem dan Mahardhika dari Singaraja. Penyerahan piala diberikan oleh Nyoman Atnyana .Sedangkan putri 12 tahun keluar sebagai juara Putu Armini dari Singaraja, runner up Putu Elcy Bianca Kumara Devi dari Singaraja dan semifinalis Lina Ari Damayanti dari Singaraja dan Ni Made Ari Puspadewi dari Gianyar. Penyerahan hadiah diberikan oleh Gunadi Winata salah satu pelatih dan pengusaha yang cukup dikenal di Singaraja
Pemenang tunggal putra KU 14 tahun, satu satunya petenis yang memiliki Peringkat Nasional Pelti (55) Bagas Krisnamurti dari Denpasar dan runer upa Agus Satria dari Singaraja dan semifinalis IB Mahendra (Karang Asem) dan Suma Indrawan dari Singaraja.
Penyerahan hadiah diberikan langsung oelh August Ferry Raturandang.
Untuk pemenang putri 14 tahun, juara Dewi Astiti (Singaraja), runner up Yuli dari Singaraja dan semifinalis Luh Ayu Regita dari Gianyar dan Made Dwi Suria dari Singaraja. Penyerahan hadiah diberikan oleh Chandra Widhiarta.
Setelah acara penyerahan hadiah, dilakukan foto bersama seluruh pemenang bersama August Ferry Raturandang.
Sebelum meninggalkan Singaraja ke Denpasar, August Ferry Raturandang menyempatkan diri melihat lapangan Yudistira tempat dimana belajar tenis pertama kali di Singaraja.
Setelah itu perjalanan kembali ke Denpasar melalui Kintamani dan langsung ke Bandara Ngurah Rai . Tetapi ternyata pesawat terakhir sudah boarding.
Petenis Bali minim pengalaman
Dari hasil pengamatan terhadap peserta turnamen Piala Ferry Raturandang-57, terlihat masih kurang berpengalaman di turnamen. Hal ini diakui pula oleh orangtua dari petenis Karang Asem.
"Kami berterima kasih kepada Om Ferry, mau datang ke Singaraja. Artinya saya bisa menghemat banyak dalam pengeluaran. Daripada main keluar Bali yang butuh duit banya lebih baik bertanding di Bali saja."
Dari pembicaraan dengan orangtua, banyak keluhan datang terhadap peran serta Pelti didaerah masing masing. "Jangan tergantung ke Pelti. Ini anjuran saya. Lebih baik konsentrasi latihan anak sendiri. Jika berhasil tentunya dibutuhkan membela daerah atau kota masing masing maka Pelti kota/kabuaten akan menggunakan petenis tersebut. Pelti sekarang bukan Pelti seperti dulu. Sekarang fungsinya hanya sebagai fasilitator, regulator."ujar August Ferry Raturandang. Selama masih yunior maka tanggung jawab ada di orangtua masing masing. Jika ingin adakan turnamen tidak perlu minta bantuan dana ke Pelti. Kumpulkan saja dari masing masing orangtua. Misalnya bisa terkumpul Rp 5 juta, bisa saja selenggarakan turnamen tenis. kenapa tidak." ujar August Ferry Raturandang memberikan masukan dan motivasi kepada orangtua peserta turnamen Piala Ferry Raturandang-57 di lapangan Bhuana Patra Singaraja Bali.
Disaat petenis andalan tuan rumah bertanding sempat muncul celoteh dari salah satu orangtua. "Anak sombong sekali. " ujarnya. Langsung oleh August Ferry Raturandang disampaikan wajar saja kalau selama didalam lapangan harus sombong untuk menambah percaya diri. Tetapi jika sudah selesai bertanding harus kembali rendah hati.
Akhirnya Datang Juga
Akhirnya datang juga. Begitulah mimpi August Ferry Raturandang menjadi kenyataan setelah hari ini dimulainya turnamen tenis Piala Ferry Raturandang-57 di lapangan tenis Bhuana Patra dan Undiksha Singaraja Bali. Mimpi sebagai langkah awal yang bisa menjadikan hasil, itulah yang membuat keberanian August Ferry Raturandang yang sudah lama mengharapkan kota Singaraja bisa mempunyai keiatan turnamen tenis. Setelah melihat fasilitas lapangan tenis yang memadai telah dimiliki oleh kora Singaraja yang mempunyai nilai sejarah bagi keluarga Raturandang semasa orang tua August Ferry Raturandang berdomisili di Singaraja yang waktu itu menjadi ibukota Provinsi Sunda Kecil yang kemudian menjadi provinsi Nusa Tenggara sebelu dipecah menjadi 3 provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur).
Hari ini pukul 08.00 sudah mulai berdatangan atlit disertai oleh pelatih maupun orangtua sekitar 75 atlet sedangkan sebelumnya telah mendaftar 103 petenis dari Denpasar, Bangli, Gianyar, Karang Asem, Jembrana ,Singaraja dan dari Nganjuk Jawa Tmur. Semua dilayani oleh August Ferry Raturandang mulai dari membayar entry fee, mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan copy akte kelahiran.
"Silahkan anak anaknya sendiri yang melapor, ini untuk mendidik anak anak agar mandiri. Jangan diwakilkan oleh orangtua atau pelatih. Ini penting dimengerti." ujar August Ferry Raturandang. Anjuran ini ternyata mendapatkan rspons positip sehingga tidak menggangu jalannya pendaftaran kembali.
Sambutan orangtua dengan kehadiran turnamen Piala Ferry Raturandang-57 ini cukup besar, dan minta inisiatip diadakan Piala Ferry Raturandnag agar dilanjutkan terus. Itu harapan dari beberapa orangtua yang disampaikan langsung ke August ferry Raturandang. "Saya sih siap aja selenggarakan tiap bulan, asalkan mendaptkan sambutan dari petenis Bali khususnya."
Menurut August Ferry Raturandang, peminat turnamen ini bisa cukup besar menunjukkan petenis Bali sangat haus akan turnamen tenis khususnya yunior.
Ada kejadian menarik disaat pendaftaran kembali peserta, datangnya dari pelatih tuan rumah yang terkenal tidak simpatik. "Ini gunakan sistem apa ya. Sistem gugur atau pool . Kalau sistem gugur saya akan menarik semua atlit saya tidak jadi ikut." ujarnya ke August Ferry Raturandang. Ini pertanyaan atau ancaman. Bagi August Ferry Raturandang sebenarnya tidak kuatir atas ancaman tersebut.
Setelah dijelaskan seperti yang sudah diumumkan sebelumnya tentang peraturan yang digunakan, sepertinya pelatih tersebut mengerti. Tetapi kenyataannya berbeda. Dipikirannya adalh setelah yang kalah kalah masih bertanding maka yang keluar sebagai pemenang akan masuk kebabak utama lagi.
"Ini masih baru bagi kami, pertandingan tanpa wasit." ujar Kadek Budiarsa salah satu wasit Bali yang sudah berpengalaman menjadi hakim garis di turnamen WTA Tour Wismilak International (Commonwealth Classic) di Nusa Dua.
Pengalaman cukup menarik selama ini selenggarakan Persami di Indonesia, orangtua dan pelatih di Bali mau menerima sistem yang dilaksanakan di Bali. "Saya salut di Bali para orangtua dan pelatih bisa menerima sesuai dengan tata aturan yang telah disebarkan sebelum turnamen dimulai."
Awalnya sewaktu informasi turnamen disebarkan melalui SMS, August Ferry Raturandang menerima pertanyaan menganai hadiah selain Piala dan Piagam. "Janganlah hadiah selain Piagam dan Piala diiming imingkan ke peserta. Akibatnya yang dikejar adalah hadiah bukan turnamennya. Ini turnamen yunior bukanlah sebagai TARGET, tetapi sebagai ajang membina prestasi sebelum masuk ke targetnya di senior. Saya tidak pernah memberikan iming ming hadiah tersebut. Kalau diberikan hadiah kaos itu tidak perlu diumumkan." ujar August Ferry Raturandang. (sumber: afraturandang.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar