PERHELATAN tenis internasional tidak asing bagi publik tenis Balikpapan. Betapa tidak, sejak 2003 lalu, kota "selicin minyak" ini telah menggelar Men's Satelite, Men's Future dan Women's Circuit berhadiah total USD 25.000. Dan kini, di saat Indonesia dilanda krisis ekonomi (dampak krisis dari AS), kota berlogo Berung Madu ini jadi tuan rumah kejuaraan tenis junior se Asia-Oceania.
Perhelatan yang diikuti 15 negara se Asia-Oceania dan melibatkan 128 petenis, 40 pelatih serta 25 official ini menjadi penyejuk kerinduan publik tenis Balikpapan usai Pekan Olahraga Nasional XVII yang berakhir 17 Juli lalu. Maka tak heran, kendati di hari Senin (27/10) saat pembukaan, Balikpapan Tennis Stadium diguyur hujan deras tak menyurutkan pecinta tenis Balikpapan untuk menyaksikan gawe akbar ini.
"Kita sih sebenarnya tidak asing lagi dengan penampilan petenis manca negara. Karena kami sudah pernah menyaksikan mereka sejak 2003 lalu. Tapi, kali ini beda. Yang tampil di sini adalah petenis-petenis muda masa depan. Ini yang membuat kami harus mengajak anak didik kami untuk jauh-jauh menyaksikannya," ujar Gunawan Sasho.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat kota Balikpapan ini getol banget menjadi tuan rumah perhelatan tenis intetnasional maupun nasional? Menurut Ketua Pengkot PELTI Balikpapan, Susan Soebakti, SH, MM adalah "Demi Pembinaan". Sebuah wawasan apik yang bernilai tinggi.
Tenis, memang bukannya cabang yang tidak memiliki prestasi bagus bagi warga Balikpapan dan Kaltim pada umumnya. Saat ini saja, Balikpapan memiliki prestasi bagus di Kejuaraan Nasional Mini Tenis/Tenis Usia Dini dan junior. M Faisal Aidil adalah produk kota penghasil minyak bumi ini. Dan, masih banyak lagi nama lain yang masih berusia belia.
Saat ini, Balikpapan yang juga memiliki stadion termegah di Indonesia (nomor dua di Asia setelah China), benar-benar membidik tenis sebagai andalan pembinaan olahraganya. Hebatnya lagi, bukan hanya isnan tenisnya saja yang getol, tapi juga pemerintah kotanya sangat mendukung. Dan sangat kebetulan pula, Walikota dan wakilnya, H Imdaad Hamid, SE serta H Rizal Effendi, SE adalah pelaku tenis aktif.
Maka tak heran, jika Balikpapan boleh dibilang sebagai sentra pembinaan dan aktivitas pertenisan nasional setelah Jakarta. Ini bukan istilah "Jualan Kecap". Namun kenyataan. Kegiatan tenis di kota ini sangat banyak. Mulai dari yang bertajuk "Tenis Gembira" yang dilaksanakan untuk bapak-ibu (pecinta tenis) sampai perhelatan internasional ada di kota ini.
"Bicara tenis di kota ini memang aneh tapi nyata. Bayangkan, mulai dari walikota, wakil, Dandim sampai bapak-bapak dan ibu rumah tangga, banyak yang main tenis. Dan mereka umumnya memiliki komunitas tersendiri. Jadi, jangan heran jika tenis itu menjadi olahraga utama di kota Balikpapan," ujar Ny. Nely, penggiat tenis di kalangan ibu-ibu Kota Balikpapan.
Nah kini, setelah memiliki banyak turnamen dan aktif bermain tenis, tinggal menunggu tindaklajutnya saja. Semoga, klub-klub baik swasta maupun "plat merah" lebih giat lagi membina. Pembinaan memang jauh lebih penting dilakukan dibanding hanya menjadi penggelar turnamen saja. Kenapa? Karena, bagaimana pun juga memiliki petenis berprestasi internasional lebih penting dan membanggakan daripada hanya menjadi penggelar turnamen internasional saja.
Memang, saat ini Balikpapan memiliki Beatrice Gumulya, Jessy Rompies, Sandy Gumulya dan Elbert Sie, yang telah meng-internasional. Tapi, mereka itu kan pemain kontrakan dan bukan hasil murni publik tenis Balikpapan (Kaltim). Namun, setidaknya, setelah mampu membina sekumpulan petenis nasional itu, ada baiknya, dan memang harus berfikir dan bertindak membina lagi. Siapa tahu, dalam waktu yang tak lama (5 tahunan) Kota Balikpapan punya petenis profesional buah dari maraknya perhelatan tenis internasional yang selama ini digelar. Semoga...! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar