Unggulan ketiga itu kalah telak pada set pertama dan sempat tertinggal jauh 1-5 pada set ketiga, tapi mampu membalikkan keadaan dengan merebut enam "game" berikutnya.
"Saya beruntung bisa menang, karena sudah tertinggal angka cukup jauh. Lawan bermain bagus dan pukulannya cukup menyulitkan," kata Barry yang pada 22 Januari tahun depan genap berusia 17 tahun.
Barry mengawali permainan dengan buruk, saat servisnya berhasil dipatahkan Tito Parulian. Petenis harapan Indonesia itu terus memimpin perolehan angka hingga 5-0, sebelum akhirnya menang 6-1 pada set pertama.
Memasuki set kedua, Barry mulai menemukan permainan terbaiknya dan mengimbangi penempatan bola Tito Parulian yang diunggulkan pada posisi ke-15.
Setelah berbagai angka sama 5-5, Barry mampu mematahkan service Tito Parulian untuk menang 7-5 dan memaksa lawannya untuk melanjutkan permainan pada set penentuan.
"Saya bermain kurang tenang dan terlalu cepat ingin menyudahi permainan. Tapi sebenarnya stamina saya juga sudah terkuras habis dan kaki rasanya berat untuk lari," kata Tito Parulian usai pertandingan yang berlangsung sekitar tiga jam itu.
Pemain kelahiran Bandung ini mengaku menyesal gagal merebut gelar juara, padahal kesempatan ada di depan mata.
"Konsentrasi saya makin terganggu ketika lawan mampu mengejar ketinggalan angka. Tapi ini pengalaman dan saya harus bisa bangkit di kejuaraan berikutnya," tambah Tito yang selanjutnya akan bermain di kejuaraan junior ITF Solo Terbuka mulai pekan depan.
"Saya tidak pasang target di Solo, tapi mudah-mudahan bisa mengulang sukses seperti di Surabaya. Masuk final lagi," ujar Tito Parulian.
Mundur
Sementara itu pada final tunggal putri, favorit juara yang juga "seeded" teratas, Tanvi Shah dari India, harus merelakan gelar pada petenis kualifikasi asal Cina, Sai Sai Zheng, karena tidak sanggup melanjutkan pertandingan.
Tanvi memutuskan mundur setelah menyelesaikan game keenam dan sementara tertinggal 1-5 dari Zheng, akibat mengalami cedera otot leher.
Kondisi itu membuat petenis masa depan India itu kehilangan konsentrasi dan tidak mampu bermain maksimal dalam mengantisipasi bola-bola lawannya.
"Saya tidak bisa bergerak dengan bebas dan leher rasanya sakit. Saya kecewa tidak bisa menyelesaikan pertandingan final ini," kata Tanvi yang pengagum berat petenis jelita, Ana Ivanovic.
Mundurnya Tanvi membawa keberuntungan bagi Sai Sai Zheng. Petenis berusia 15 tahun yang merangkak dari babak kualifikasi ini, tidak perlu susah payah merebut gelar juara.
Tampilnya Zheng sebagai jawara tunggal putri pada kejuaraan ITF junior tahunan ini cukup mengejutkan, karena sejak awal dia mampu melewati hadangan sejumlah petenis unggulan.
Anaeve Pain dari Kaledonia dikalahkan pada babak pertama, kemudian unggulan kedelapan Karyn Emeralda (Indonesia) menjadi korban berikutnya.
Terakhir, Zheng menghentikan ambisi "seeded" kedua dan harapan tuan rumah Laili Rahmawati Ulfa di babak semifinal. ***
1 komentar:
Kiranya ada koreksi, Zheng Sai Sai menundukkan Pain bukan di babak pertama tapi di babak kedua. Dia juga tidak mengalahkan Karyn tetapi Potgieter, karena Karyn kalah dari Laili di perempat-final.
Terima kasih dan harap menjadi maklum.
Posting Komentar