- Gagalnya sapu bersih gelar pada turnamen yang digelar di Pusat Tenis Kemayoran, Jakarta Pusat, itu terjadi di hadapan hampir semua pengurus teras Pengurus Pusat (PP) Pelti, termasuk Ketua Umum Martina Widjaja dan Sekjen Soebronto Laras. Suasana Kemayoran yang berubah sedikit lebih ramai dengan kehadiran para pengurus teras Pelti dan juga orangtua pemain serta beberapa pengunjung itu tidak mampu memberikan dorongan pada Lavinia Tananta untuk memenangkan pertandingan puncak.
Dalam final ideal itu, Lavinia, yang menempati unggulan dua, harus mengakui ketangguhan unggulan utama Tina Schietchtl dari Austria. Vivin, panggilan akrab Lavinia, sudah berjuang keras untuk menyelamatkan muka Indonesia dan tentunya juga PP Pelti. Namun, usah keras Vivin kandas membentur tembok kukuh Schietchtl yang akhirnya berjaya dengan kemenangan 3-6 dan 4-6.
Dengan kekalahan Vivin, maka Indonesia hanya mampu merebut gelar di ganda turnamen berhadiah total 10.000 dolar Amerika Serikat itu. Gelar ini dipersembahkan oleh Jessy Rompies sehari sebelumnya. Dia yang berpasangan dengan Venkotesha Poojashera (India) menundukkan Yumi Miyazaki/Taira Tomoko (Jepang), 6-2 dan 7-5.
Ke Balikpapan
Kekalahan dari Schietchtl membuat Vivin gagal mewujudkan harapannya untuk menambah koleksi gelar pada turnamen women circuit. Selama ini, dia sudah mengantongi lima gelar turnamen ITF (Federasi Tenis Internasional) itu.
"Saya frustrasi menghadapi dia. Saya ajak main cepat, dia memperlambat, dan saya serang terus, tetap saja balik, sampe kesel. Dia memang ulet, dan saya nyaris putus asa ngadepin dia," kata Lavinia usai final yang berlangsung hampir dua jam tersebut. Usai turnamen ini, Lavinia langsung bersiap diri ke Balikpapan. Dia berangkat bersama Jessy Rompies dan Ayu Fani Damayanti didampingi pelatih Robert Ballard. Mereka akan terjun pada turnamen berhadiah 25.000 dolar AS.
Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja, yang menyaksikan final tersebut dengan Sekjen Soebronto Laras dan seluruh ketua bidang, mengakui bahwa lawan Lavinia lebih tangguh. "Lavinia harus belajar banyak dari ini. Memang harus demikian kalau mau maju," kata Martina.
Sedangkan Schietchtl mengaku gembira bisa juara di Indonesia. Apalagi kemenangannya atas Lavinia merupakan balas dendam kekalahannya lima tahun lalu.
"Luar biasa pekan ini buat saya. Terus terang saja udara di sini panas, tetapi saya sudah mempersiapkan tiga pekan sebelum ke sini dengan bertanding di Thailand salah satu di antaranya. Pengorganisasian turnamen ini juga bagus bagi pemain, karena ketersediaan transportasi ke lapangan, jadi semua jadi mudah," kata Tina.
Di semifinal, Sabtu lalu, Schiechtl (Austria) menyisihkan Jessy Rompies 7-2, 6-7 (4), dan 6-1. Sedangkan Lavinia menundukkan petenis Belgia, An-Sophie Mestach, 6-1 dan 6-3. (sskoo)
***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***
Dalam final ideal itu, Lavinia, yang menempati unggulan dua, harus mengakui ketangguhan unggulan utama Tina Schietchtl dari Austria. Vivin, panggilan akrab Lavinia, sudah berjuang keras untuk menyelamatkan muka Indonesia dan tentunya juga PP Pelti. Namun, usah keras Vivin kandas membentur tembok kukuh Schietchtl yang akhirnya berjaya dengan kemenangan 3-6 dan 4-6.
Dengan kekalahan Vivin, maka Indonesia hanya mampu merebut gelar di ganda turnamen berhadiah total 10.000 dolar Amerika Serikat itu. Gelar ini dipersembahkan oleh Jessy Rompies sehari sebelumnya. Dia yang berpasangan dengan Venkotesha Poojashera (India) menundukkan Yumi Miyazaki/Taira Tomoko (Jepang), 6-2 dan 7-5.
Ke Balikpapan
Kekalahan dari Schietchtl membuat Vivin gagal mewujudkan harapannya untuk menambah koleksi gelar pada turnamen women circuit. Selama ini, dia sudah mengantongi lima gelar turnamen ITF (Federasi Tenis Internasional) itu.
"Saya frustrasi menghadapi dia. Saya ajak main cepat, dia memperlambat, dan saya serang terus, tetap saja balik, sampe kesel. Dia memang ulet, dan saya nyaris putus asa ngadepin dia," kata Lavinia usai final yang berlangsung hampir dua jam tersebut. Usai turnamen ini, Lavinia langsung bersiap diri ke Balikpapan. Dia berangkat bersama Jessy Rompies dan Ayu Fani Damayanti didampingi pelatih Robert Ballard. Mereka akan terjun pada turnamen berhadiah 25.000 dolar AS.
Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja, yang menyaksikan final tersebut dengan Sekjen Soebronto Laras dan seluruh ketua bidang, mengakui bahwa lawan Lavinia lebih tangguh. "Lavinia harus belajar banyak dari ini. Memang harus demikian kalau mau maju," kata Martina.
Sedangkan Schietchtl mengaku gembira bisa juara di Indonesia. Apalagi kemenangannya atas Lavinia merupakan balas dendam kekalahannya lima tahun lalu.
"Luar biasa pekan ini buat saya. Terus terang saja udara di sini panas, tetapi saya sudah mempersiapkan tiga pekan sebelum ke sini dengan bertanding di Thailand salah satu di antaranya. Pengorganisasian turnamen ini juga bagus bagi pemain, karena ketersediaan transportasi ke lapangan, jadi semua jadi mudah," kata Tina.
Di semifinal, Sabtu lalu, Schiechtl (Austria) menyisihkan Jessy Rompies 7-2, 6-7 (4), dan 6-1. Sedangkan Lavinia menundukkan petenis Belgia, An-Sophie Mestach, 6-1 dan 6-3. (sskoo)
***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***