Menu

coiga

AYO GABUNG

KARYA ANDA KAMI NANTIKAN

TENIS COI menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini.
Baik itu tulisan maupun foto tentang pemain, klub, pengurus Pengkot/Pengkab, Pengprov dan PP Pelti, turnamen dan kegiatan tenis lainnya. Kirim karya tulis atau karya foto Anda ke e-mail: akumemangcoi@yahoo.com.

Minggu, 14 Juli 2013

Kemana Ketua Bidang Pertandingan Pelti?

 Oleh: Gungde Ariwangsa

Sumber Asli -- TENIS COI -Semakin aneh saja Pengurus Pusat Pelti kali ini. Bayangkan, selama dua minggu gelaran turnamen tenis internasional Womens Circuit di Solo, tidak sekali pun Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti muncul. Kemanakah gerangan sosok Johanes Susanto yang dulu terkenal amat rajin menyiapkan, mengontrol dan menyaksikan pertandingan yang digelar Pelti dimana pun dan kapan pun.
Ketidak hadiran Johanes Susanto bukan saja menjadi pertanyaan orang-orang tenis di Solo tetapi juga menjadi tanda tanya besar? Kenapa PP Pelti yang membutuhkan kehadiran turnamen internasional justru mengabaikannya ketika ada sponsor yang mau hadir dan menggelar turnamen yang diidamkan itu selama dua seri. PP Pelti seperti menganggap enteng pelaksanaan turnamen di Solo yang disponsori oleh So Good dan didukung Walikota Solo.

Memang Ketua Umum PP Pelti Maman Wiryawan sempat hadir ketika acara jumpa pers soal turnamen itu di Solo. Namun setelah itu menghilang entah kemana. Dia tidak hadir saat welcome party kemudian juga tidak muncul saat penghormatan pemenang untuk seri I.

Yang lebih parah lagi, saat seri I berjalan, PP Pelti seperti lepas tangan begitu saja. Tidak ada wakil Pelti yang ikut mengontrol atau memandu pekerjaan panitia. Pelti seperti juragan saja menerima beres.

Sempat hadir Wakil Bidang Pertandingan Bidang Junior Susan Soebakti. Namun hanya satu hari. Itu pun hanya sekadar untuk menyiapkan seri II dan menyerahkan penghargaan saat welcome party. Setelah itu lenyap.

Saat seri II dimulai hadir lagi wakil Pelti. Kali ini Wakil Sekjen II Gunawan yang hadir di Solo. Itu pun hanya untuk hadir di welcome party. Usai itu kembali terbang ke Jakarta.

Dari sini terlihat PP Pelti memang tidak mempunyai kepedulian dan penghargaan kepada sponsor. Seharusnya dalam turnamen yang dikelola serius oleh sponsor PP Pelti memberikan apresiasi lebih. Kalau pun Ketua Umum tidak bisa hadir maka seharusnya jajaran Ketua Bidang yang mewakili.

Bukan memandang remeh dan mengecilkan peran sponsor dan pantia dengan hanya mengirimkan wakil yang jauh dibawah kelas. Sudah begitu itupun bukan untuk bertemu sposnor namun untuk mengurus urusan Pelti sendiri.

Jadi munculah keanehan. Tidak ada wakil PP Pelti saat final ganda putri. Demikian juga saat final tunggal putri. Tidak ada wakil Pelti saat penghormatan pemenang.

Tanpa adanya wakil Pelti itu bukan saja mencerminkan Pelti tidak menghargai sponsor. Pelti juga tidak menghargai prestasi pemain Indonesia yang sudah berjuang untuk menjadi juara. Pelti juga tidak menghargai refree, Walikota Solo, petiugas pertandingan, dan isan tenis Solo yang sampai saat ini masih bergairah.

Lebih memalukan lagi ternyata usai final seri I bukan PP Pelti yang menggelar jamuan makan malam untuk pemain, wasit, panitia dan sponsor. Tetapi justru sponsor yang menggelar jamuan makan malam sebagi ucapan terimakasih dan penghargaan pada pemain, panitia dan wasit. Lagi-lagi disini wakil Pelti tidak ada yang datang.

Begitu parahkah PP Pelti saat ini? Pernyataan ini bisa disimpulkan dari informasi yang beredar di lapangan. Ternyata kondisi yang terjadi dalam turnamen itu mencerminkan rapuhnya kondisi kepengurusan PP Pelti saat ini.

Tidak hadirnya Ketua Bidang Pertandingan ke Solo merupakan bentuk perpecahan di tubuh Pelti. Ketika tidak ada sponsor semua menghilang. Namun saat ada sponsor semua ingin ikut campur. Sudah begitu Ketua Umum tidak memberikan kepercayaan penuh kepada Ketua Bidang Pertandingan yang telah diangkatnya. Justru menyerahkan kepada pihak lainnya sehingga mengundang tarik menarik dan rebutan wewenang di tubuh Pelti.

Dari cerita beberapa anggota panitia diperoleh informasi, sejak awal, segala persiapan turnamen di Solo itu dilakukan oleh Ketua Bidang Pertandingan Johanes Susanto. Bahkan untuk persiapan seri II Johanes Susanto juga sudah menyiapkan segalanya dan disetujui oleh Ketua Umum. Namun entah kenapa tiba-tiba semuanya berubah ketika Wakil Sekjen II turun tangan mengubah semua yang sudah disetuji Ketua Umum.

Maka ini sempat menimbulkan gesekan dengan pantia seri II. Direktur Turnamen mengancam mundur karena tidak dipercaya penuh mengelola turnamen. Disini Wakil Sekjen II Pelti seperti tidak percaya dalam masalah keuangan kepada panitia lokal. Maka Wakil Sekjen II mengeluarkan kebijakan akan membayar wasit dan semua tenaga lapangan langsung lewat rekening masing-masing.

Merasa tidak dipercaya atau malah ada tedensi kecurigaan maka Direktur Turnamen mengancam mundur. Akhirnya dicapai kompromi Turnamen Direktur tetap bersedia dengan syarat Bendahara tetap dari Solo.

Gesekan itulah yang membuat munculnya hal-hal aneh dari Pelti di Solo. Rebutan wewenang masih berlangsung di tubuh Pelti. Ini baru bisa diatasi bila Keua Umum PP Pelti taat pada pembagian tugas pada anggota pengurusnya. Selain itu Maman juga perlu percaya pada pengurus yang diangkatnya untuk memimpin posisi tertentu. Bukan justru terpengaruh oleh bisikan-bisikan atau bisa juga jilatan-jilatan lidah yang menghancurkan organisasi Pelti itu.- (CTI-1) ***

"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 088210452863 atau e-mail: akumemangcoi@yahoo.com. Kami nantikan." ***

1 komentar:

REMAJA TENIS INDONESIA mengatakan...

Lagi sibuk semuanya bos sampai gak hadir.. Kan sudah ada wakil2 yg hadir cuma waktunya bukan difinal saja..Apa itu Problem kah