Menu

coiga

AYO GABUNG

KARYA ANDA KAMI NANTIKAN

TENIS COI menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini.
Baik itu tulisan maupun foto tentang pemain, klub, pengurus Pengkot/Pengkab, Pengprov dan PP Pelti, turnamen dan kegiatan tenis lainnya. Kirim karya tulis atau karya foto Anda ke e-mail: akumemangcoi@yahoo.com.

Selasa, 03 November 2009

COACHING CLINIC BANK COMMONWEALTH: Metode Latihan Tidak Perlu Disamakan

CINTA TENIS INDONESIA - NUSA DUA — "Apakah kamu kaya?" tanya seorang anak kepada Todd Woodbridge, mantan petenis ganda dari Australia yang pernah top pada era 1990-an. Yang ditanya pun hanya bisa tersenyum geli, tapi tetap menjawabnya dengan serius.

- Itulah pertanyaan jujur seorang anak usia 9 tahun yang baru belajar tenis. Maka, begitu mendapat kesempatan berlatih bersama pemain berpengalaman, sang bocah tak sungkan untuk bertanya ini-itu, termasuk penghasilan petenis.

Todd sengaja diminta untuk memberikan pelatihan singkat kepada anak-anak tersebut dalam menyambut Commonwealth Bank Tournament of Champions (CBTC) 2009 di Nusa Dua, Bali. Ia dan mantan bintang tenis Indonesia, Angelique "Angie" Widjaja, serta beberapa pelatih dari klub tenis Canggu mengajarkan dasar-dasar bermain tenis yang benar. Selain itu, coaching clinic ini juga ditujukan untuk menambah kecintaan anak pada dunia tenis.

"Teknik kalian sangat bagus. Lanjutkan dan belajarlah terus!" pesan Todd seusai melatih anak-anak usia 8-15 tahun itu.

Waktu satu jam memang tidak cukup bagi Todd dan Angie untuk mengajarkan semua teknik dan taktik bermain tenis dengan benar kepada semua anak. Namun, setidaknya mereka diberi arahan yang tepat soal bagaimana posisi kaki dan tangan saat mengayun raket, juga cara melakukan forehand stroke, volley, smash, service, dan sebagainya.

"Kalau anak-anak hanya perlu diajari basic-nya. Cara megang raketnya, cara ayunnya. Yang penting gayanya dulu. Soal masuk atau enggak, enggak masalah. Tadi ada yang masuk terus, tapi caranya salah," ujar Angie yang pernah menjadi juara di Turnamen Junior Wimbledon pada 2001.

Angie mengatakan, sebenarnya metode latihan di Indonesia tak harus disamakan dengan metode latihan di negara lain. Petenis yang mulai menggenggam raket sejak usia 4 tahun itu mengakui bahwa sebenarnya pemain-pemain Indonesia tidak harus dilatih oleh pelatih asing. Namun, pelatih-pelatih Indonesia masih perlu menambah wawasannya ke negara-negara lain agar prestasi pemain Indonesia bisa sebagus negara-negara di Eropa.

"Sebenarnya setiap negara punya caranya sendiri-sendiri (dalam berlatih). Di China beda, di negara lain juga beda, tapi mereka bisa menghasilkan pemain-pemain terbaik di dunia," ujar petenis yang mundur dari dunia tenis profesional pada 2008 itu. "Setiap pelatih itu perlu memiliki hubungan personal dengan pemain, termasuk yang yunior."

Well, mungkin ini bisa menjadi catatan bagi Indonesia dalam upaya menerbitkan petenis-petenis generasi baru yang bisa bersaing di dunia internasional. Petenis-petenis kita bisa belajar dari Angie atau Yayuk Basuki yang pernah meraih ranking 20 besar dunia.

O ya, mengenai pertanyaan anak soal kekayaan petenis tadi, inilah jawaban Todd, "Silakan tanya ke Angie. Pemenang di sini (CBTC) mendapat hadiah 200.000 dollar AS."

Itu belum seberapa. Coba tengok pendapatan petenis nomor satu dunia saat ini, Serena Williams, yang mencapai lebih dari 6,5 juta dollar AS atau lebih dari Rp 62 miliar. Wah, banyak juga ya. Anda mau mendidik anak Anda menjadi petenis? (sihc/skoc)
***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***