Menu

coiga

AYO GABUNG

KARYA ANDA KAMI NANTIKAN

TENIS COI menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini.
Baik itu tulisan maupun foto tentang pemain, klub, pengurus Pengkot/Pengkab, Pengprov dan PP Pelti, turnamen dan kegiatan tenis lainnya. Kirim karya tulis atau karya foto Anda ke e-mail: akumemangcoi@yahoo.com.

Rabu, 16 Maret 2011

Ketua Pengurus Pusat Pelti, Martina Widjaja: Angkat Prestasi Tenis Melalui Pembinaan Usia Dini

Sumber Asli -- CINTA TENIS INDONESIA - Prestasi olahraga tenis di Indonesia belakangan ini terus merosot. Bahkan tidak mampu bersaing di level internasional. Salah satu penyebabnya karena program pembinaan atlet tidak dilakukan secara berkesinambungan khususnya pada usia dini.
- Kendati begitu, harapan untuk mengangkat kembali prestasi tenis Indonesia tetap ada. Lalu seperti apa program pembinaan atlet yang akan dilakukan Pelti agar olahraga tenis bisa bangkit? Berikut wawancara wartawan FAJAR, Hamsah Umar, dengan Ketua Pengurus Pusat (PP) Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesuia), Martina Widjaja, seusai melantik pengurus Pelti Sulsel, Senin, 14 Maret.

Anda baru saja melantik pengurus Pelti Sulsel periode 2011-2016. Apa harapan Anda terhadap Pelti Sulsel?

Yang pertama bahwa pengurus Pelti Sulsel adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan Pelti pusat. Karena itu, Pelti di daerah kita harapkan bisa menjalankan program pusat. Khususnya dalam membina dan meningkatkan martabat bangsa dalam bidang olahraga tenis. Karena itu, pengurus provinsi Pelti harus memiliki kemampuan meningkatkan organisasi dan memajukan tenis di daerah.

Perlu saya sampaikan bahwa salah satu tujuan Pelti adalah bagaimana menjadikan olahraga tenis ini menjadi bagian dari gerakan olahraga nasional yang dicanangkan pemerintah. Oleh karena itu, pengurus Pelti harus memiliki disiplin dan tanggung jawab untuk memajukan olahraga ini. Disiplin ini menjadi salah satu faktor keberhasilan dan pengembangan olahraga tenis, sepanjang program pembinaan dijalankan dengan baik.

Apa langkah yang mesti dilakukan Pelti?

Bicara soal pengembangan olahraga termasuk tenis, Pelti tentu harus mampu melakukan kerja sama dengan semua pihak, termasuk dengan pemerintah setempat. Apalagi tenis adalah olahraga yang digemari oleh semua kalangan. Bahkan orang cacat sekalipun mulai gemar dengan olahraga ini.

Makanya, saya selalu katakan bahwa olahraga tenis itu merupakan olahraga yang potensial. Hanya saja, di Sulsel ini olahraga tenis kelihatannya belum mendarah daging. Masih ada anggapan bahwa tenis itu mahal. Padahal tenis ini lebih murah dari bulu tangkis. Karena itu, ke depan saya kira kita harus mampu melahirkan petenis profesional, kalau perlu menelurkan atlet yang nantinya bisa menjadi pilar pengembangan tenis di Sulsel.

Bagaimana seharusnya pola pembinaan tenis agar olahraga ini bisa maju?

Dalam pembinaan atlet tenis, saya kira yang pertama harus dilakukan daerah adalah meningkatkan pembinaan pada tingkat klub. Kalau perlu, daerah setiap saat melakukan kompetisi dengan melibatkan klub yang ada di daerah itu. Sehingga setiap kabupaten/kota nantinya memiliki wakil yang bisa diandalkan pada kompetisi yang dilakukan di provinsi atau pusat.

Di sinilah saya kira pentingnya pembinaan atlet usia dini dilakukan oleh Pelti yang ada di daerah. Kalau perlu ada tenis mini yang khusus untuk pembinaan atlet usia mulai empat tahun, begitu seterusnya. Kalau ini bisa kita lakukan dengan baik, saya kira tenis di Sulsel maupun Indonesia akan bangkit.

Masyarakat perlu tahu bahwa olahraga tenis itu tidak harus mengeluarkan uang banyak. Jadi ini yang menjadi harapan kita dari daerah, bagaimana mereka meningkatkan pembinaan dan melakukan berbagai kompetisi. Karena melalui kompetisi yang baik itulah, kita bisa menggenjot atlet kita menjadi petenis yang bisa diandalkan.

Pembinaan atlet selama ini banyak terhambat persoalan dana. Pendapat Anda?

Sebenarnya, dalam pembinaan olahraga tenis persoalan dana bukan merupakan kendala utama. Karena yang utama menurut saya adalah kemauan kita untuk memajukan olahraga ini. Kalau kita benar-benar mau memajukan olahraga, pasti kita bisa melakukannya meski dengan berbagai keterbatasan.

Dalam membina tenis, memang kita dituntut untuk sedikit berkorban termasuk waktu. Yang perlu digarisbawahi bahwa olahraga tenis ini adalah olahraga yang sangat menjanjikan bagi atlet begitu juga pengurusnya. Makanya, yang dibutuhkan disini adalah pengelola yang profesional dan memiliki kemauan besar dan komitmen untuk mengurus tenis.

Karena itu, saya sangat yakin olahraga tenis akan tetap eksis kalau pembinaan dilakukan dengan tekun dan berkelanjutan, dan tetap mengikuti perkembangan teknologi. Yang jadi masalah memang kadang juga datang dari pelatihnya. Pelatih yang merasa sudah andal, kadang tidak mau lagi ikut seminar ketika dipanggil. Padahal terkadang ada hal baru yang mesti diketahui pelatih dalam melakukan pembinaan tenis.

Di PON Riau mendatang, seperti apa harapan Anda terhadap atlet daerah?

Ini juga perlu saya sampaikan agar pada Pra-PON maupun PON mendatang, setiap daerah mengirim atlet yang benar-benar dibina oleh daerahnya. Jangan lagi ada daerah yang mengejar prestasi, sehingga membeli pemain dari daerah lain. Bukan seperti itu yang kita harapkan dalam pembinaan tenis. Alangkah baiknya kalau yang mewakili daerah adalah atlet daerah itu sendiri.

Dengan tidak diwakili oleh atlet dari daerah lain, prestasi yang dicapai sebuah daerah tidak sebatas jadi kebanggaan, tapi prestasi tersebut benar-benar berdasar hasil keringat sendiri. Apalagi masa pembinaan atlet itu cukup panjang.

Di ajang internasional, seperti apa target Pelti?

Perlu saya sampaikan bahwa prestasi tenis kita belakangan ini merosot, tapi tahun ini mulai naik dari grup II ke grup I untuk atlet putri untuk tim Davis. Kita juga berharap tim putra juga bisa memperbaiki kemerosotan prestasi yang terjadi selama ini.

Situasi ini bisa terjadi kalau pola pembinaan yang kita lakukan berjalan dengan baik dan berkesinambungan, termasuk program pelatihan atlet yang terorganisasi. Membina atlet itu tidak hanya memperhatikan kemampuan dan potensi, juga konsumsi mereka.

Bicara soal tenis, sebenarnya tim kita pernah masuk sepuluh besar dunia. Namun saat ini prestasi tersebut sangat sulit dicapai kembali.

Apa sebenarnya yang menjadi hambatan pembinaan atlet?

Salah satu kendala dalam membina atlet adalah sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai. Dari segi atlet misalnya, banyak yang terlalu cepat menikah.

Nah, untuk meningkatkan prestasi kita di ajang internasional seperti Asian Games, SEA Games, dan Davis Cup kita memperbanyak melibatkan atlet kita mengikuti berbagai kejuaraan. Pelti juga memperbanyak kejuaraan internasional, karena dari hasil pertandingan itu akan menjadi penambah poin bagi atlet itu sendiri. (CTI-1) ***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 081513873418 atau e-mail: faktorutama@yahoo.com. Kami nantikan." ***

Tidak ada komentar: