Bunge Nahor |
Tidak mampunya Pengurus Pusat Pelti menggelar turnamen internasional yang telah dijadwalkan merupakan hal yang amat memprihatinkan. Apa pun alasannya, kecuali bencana alam dan perang, pembatalan pelaksanaan lima turnamen tingkat dunia itu mencerminkan ketidakmampuan personil PP Pelti dalam melaksanakan program secara professional.
Demikian
dikemukakan mantan pelatih nasional Bunge Nahor saat berbincang-bincang dengan
Suara Karya ketika mendengar keluhan beberapa insan tenis nasional soal
pembatalan pelaksanaan turnamen yang amat dibutuhkan oleh para pemain Indonesia
tersebut. “Kondisi ini benar-benar memprihatinkan. Bagaimana turnamen yang
sudah didaftar ke ITF (Federasi Tenis Internasional) bisa batal. Pasti ini ada
yang tidak beres,” kaya Bunge dengan nada bersemangat di Jakarta, kemarin.
Bukan saja
pemain yang dirugikan, katanya. Tenaga pertandingan lainnya seperti wasit juga
tidak bisa mengenyam pertandingan yang dibutuhkan untuk meningkatkan status
kariernya. “Yang lebih parah lagi, PP Pelti juga terkena denda yang tidak
sedikit dari ITF. Tentu ini amat disayangkan,” ujarnya.
Hal itu,
ungkap pemilik Klub Tenis BNTP itu, tidak perlu terjadi kalau saja Ketua Umum
PP Pelti, Maman Wiryawan menerima masukan yang disampaikan Bunge ketika acara
tatatp muka di rumah kediaman Maman. Waktu itu Bunge mengatakan, Maman perlu
didampingi pengurus yang professional yang bisa menghasilkan uang untuk Pelti
dan bukan yang mencari uang di Pelti. Dengan demikian Maman tidak perlu keluar
uang pribadi untuk menjalankan program Pelti.
“Kalau uang
pribadi berapa pun akan habis. Dulu saja Ketua Umum PP Pelti Ibu Martina
Widjaja mengeluh soal pendanaan ini,” tuturnya sambil menambahkan, jika
pengurusnya profesional dan mengerti tenis maka Pelti bisa menghasilkan uang Rp
10 Miliar pertahun.
Namun
sayangnya, ujar Bunge, hampir sebagian besar anggota pengurus sekarang tidak
profesional dan tidak mengerti tenis. Hanya Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti yang
baik sedangkan yang lainnya hanya mengharapkan uang dari Maman.
Untuk
mengatasi agar PP Pelti tidak mandeg atau bahkan tambah hancur maka Maman perlu
segera melakukan reshuffle atau perombakan pengurus. Nantinya pengurus tidak perlu gemuk namun
ramping. “Cukup 10 orang saja namun benar-benar diisi orang profesional dan
mengerti tenis. Contoh zaman Ketua Umum Yonosuwoyo, pengurusnya hanya beberapa
orang namun mampu mengirim pemain ke luar negeri dan bisa melahirkan Yayuk
Basuki dan pemain top putra lainnya,” ucapnya.
Selain itu
kepengurusan Pelti juga perlu menghadirkan konsultan tenis yang idependen yang
mengawasi pelaksanaan program dan kinerja pengurus Pelti. Tanpa segera
mengambil langkah itu maka PP Pelti bisa gagal melaksanakan apa yang dijanjikan
saat Musyawarah Nasional dulu. Jelas ini tidaklah diinginkan.
- (CTI-1)
***"JANGAN LEWATKAN: CINTA TENIS INDONESIA siap mengimformasikan kegiatan tenis di klub, Pengkot/Pengkab, Pengprov, PP Pelti, turnamen, kepelatihan, perwasitan, profil pemain junior dan senior, pembina, pelatih dan wasit serta sponsor dan lain-lain. Hubungi kami: HP: 088210452863 atau e-mail: akumemangcoi@yahoo.com. Kami nantikan." ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar